Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang diwajibkan bagi umat Muslim yang mampu.
Setiap tahun, jutaan jamaah haji berkumpul di Mekkah untuk melaksanakan serangkaian ritual yang melibatkan sejumlah tindakan simbolis, salah satunya adalah lempar jumrah.
Tradisi ini bukan hanya suatu keharusan ibadah semata, tetapi juga mengandung makna mendalam yang merujuk pada sejarah dan kesetiaan umat Muslim terhadap ajaran agama.
Lempar Jumrah Sebuah Ikon Ibadah Haji
Lempar jumrah adalah salah satu ritus paling terkenal dalam ibadah haji. Tindakan ini melibatkan pelemparan batu ke arah tiga dinding setan yang melambangkan godaan dan cobaan dalam kehidupan.
Lempar jumrah dimana? Proses ini dilakukan di Mina, wilayah yang menjadi tempat singgah jamaah haji selama beberapa hari saat melaksanakan ritual haji.
Namun, untuk memahami asal usul lempar jumrah, kita perlu melacak jejaknya hingga zaman Nabi Ibrahim Alaihi Salam, salah satu tokoh utama dalam sejarah Islam.
Baca juga : Tempat belanja oleh-oleh murah haji di Mekkah
Kisah Nabi Ibrahim dan Asal Usul Lempar Jumrah
Kisah asal usul lempar jumrah bermula dari peristiwa besar yang melibatkan Nabi Ibrahim Alaihi Salam.
Sebagai seorang nabi yang sangat dihormati dalam Islam, Nabi Ibrahim diberikan ujian berat oleh Allah Subhanahu wa ta’ala untuk mengorbankan putranya, Isma’il.
Kepatuhan dan keteguhan hati Nabi Ibrahim dalam menghadapi ujian ini membuat Allah Subhanahu wa ta’ala memberikan pengganti Isma’il dengan seekor domba sebagai bentuk rahmat dan ujian yang berhasil.
Dalam perjalanan menuju Mina, tempat di mana jumrah berada, setan mencoba menggoda Nabi Ibrahim untuk memalingkan perhatiannya dari perintah Allah Subhanahu wa ta’ala.
Dalam keteguhan hatinya, Nabi Ibrahim melemparkan batu pada setan tersebut sebagai tanda penolakan terhadap godaan.
Tradisi lempar jumrah kemudian mengambil inspirasi dari peristiwa ini, menjadi sebuah simbol keteguhan hati dan penolakan terhadap godaan yang terus-menerus mengintai.
Peran Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalaam dalam Pengembangan Tradisi
Walaupun asal usul lempar jumrah terkait erat dengan Nabi Ibrahim, pengembangan dan penjelasan lebih lanjut tentang tradisi ini diberikan oleh Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalaam.
Dalam perjalanan hidupnya, beliau melaksanakan ibadah haji dan memberikan petunjuk kepada umat Islam tentang pelaksanaan ritual-ritual haji.
Tradisi lempar jumrah seperti yang kita kenal sekarang ini diperkenalkan oleh Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalaam pada masa hidupnya.
Beliau memandu para sahabatnya untuk melempar tujuh batu ke arah tiga dinding setan di Mina.
Ini tidak hanya menjadi suatu tindakan ibadah semata, tetapi juga sebagai peringatan akan pentingnya menolak godaan dan cobaan dalam kehidupan sehari-hari.
Ritual Lempar Jumrah di Mina
Hari-hari lempar jumrah di Mina adalah salah satu momen puncak dalam perjalanan ibadah haji.
Ritual ini dilakukan selama tiga hari, dimulai pada tanggal 10 Dzulhijjah hingga tanggal 12 Dzulhijjah. Jamaah haji berkumpul di Jamarat, tempat di mana tiga dinding setan berada.
Lempar jumrah berapa kali? Pada setiap hari, jamaah haji melemparkan tujuh batu kecil ke arah masing-masing dinding setan.
Lempar jumrah ada 3 dan Urutan lemparan dimulai dari Jumrah al-Aqabah adalah yang terbesar, diikuti oleh Jumrah al-Wusta, dan diakhiri dengan Jumrah ula adalah yang paling kecil.
Setiap lemparan dianggap sebagai simbol penghormatan terhadap perjuangan melawan godaan yang muncul dalam berbagai bentuk.
Baca juga : Tragedi terowongan mina 1990
Simbolisme dalam Lempar Jumrah
Lempar jumrah memiliki makna simbolis yang mendalam dalam konteks ibadah haji.
Tiga dinding setan yang dilambangkan oleh batu-batu yang dilemparkan melambangkan tiga rintangan utama yang dihadapi umat manusia: godaan harta, godaan kekuasaan, dan godaan syahwat.
Melempar batu ke arah setan adalah tanda penolakan terhadap hal-hal yang dapat memalingkan umat Muslim dari jalan kebenaran.
Pengembangan Tradisi Seiring Waktu
Meskipun asal usul lempar jumrah bersumber dari peristiwa sejarah yang lama, tradisi ini tidak luput dari pengembangan dan perubahan seiring berjalannya waktu.
Dulu, mungkin batu yang digunakan lebih besar dan berat, namun sekarang jamaah haji menggunakan kerikil yang lebih kecil.
Meskipun demikian, esensi dari lempar jumrah tetap utuh, yaitu penghormatan terhadap perjuangan melawan godaan dan cobaan.
Makna Spiritual dalam Lempar Jumrah
Lempar jumrah bukanlah sekadar rangkaian tindakan fisik yang dilakukan oleh jamaah haji.
Lebih dari itu, ia merupakan ekspresi dari kesetiaan dan pengabdian seorang Muslim kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
Setiap lemparan batu bukan hanya sebagai tindakan simbolis semata, melainkan juga sebagai manifestasi nyata dari tekad untuk menjauhkan diri dari segala bentuk godaan dan dosa.
Makna spiritual lempar jumrah sangat relevan dengan konsep jihad, bukan jihad dalam arti perang, melainkan jihad dalam arti perjuangan melawan hawa nafsu dan godaan kehidupan.
Ibadah haji, dan khususnya lempar jumrah, mengajarkan umat Islam untuk selalu berjuang demi mencapai kebenaran dan menjauhkan diri dari segala bentuk godaan yang dapat menghancurkan keimanan.
Baca juga : Keutamaan puasa Ramadhan di Mekkah
Tanda Pengabdian dan Kesetiaan
Dalam asal usul sejarah lempar jumrah, kita menemukan kisah yang penuh makna dan pelajaran berharga.
Dari kisah Nabi Ibrahim yang menolak godaan setan hingga petunjuk Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalaam tentang pelaksanaan ritual ini, lempar jumrah menjadi bagian tak terpisahkan dari ibadah haji.
Lebih dari sekadar tindakan mekanis, lempar jumrah menjadi simbol kesetiaan, keteguhan hati, dan perjuangan melawan godaan dalam hidup sehari-hari.
Momen ini tidak hanya menjadi bagian integral dari ibadah haji, tetapi juga menjadi panggilan untuk umat Muslim agar tetap setia pada ajaran agama dan menjauhi godaan yang dapat merusak keimanan.